Jika bisa ditarik kesimpulan, diri ini bagai Sukab dalam trilogi Dunia Sukab pada karya Seno Gumira Ajidarma, yang mencintai sosok Alina begitu rupa walau akhirnya cerita yang begitu pilu, aku yang mencintaimu dengan sederhana seperti Hujan Bulan Juni pada karya Sapardi Djoko Damono.
Entah matra apa yang kau buat hingga diri ini gila mencintaimu begitu menggebu, debar guncang tubuh saat wangimu lewat tanpa pamit tepat didepanku. Ah biarlah... Aku sangat menikmati mantra-matra yang kau tampar secara hebat pada hati ini, biarkan saja kunikmati seluruh bayangmu.
Iya bayangmu, siapa lagi? hanya bayangmu yang dapat ku dekap erat secara cuma-cuma, sekali lagi biarkan aku mencintai bayangmu secara utuh. Setidaknya ragamu tak pernah merasakan sakit yang begitu berat saat ku coba memelukmu erat.
Andai pun juga memilikimu secara utuh apa diri ini pantas? dirimu yang mengerti tentang masa lalu ku yang sangat kelam itu apakah pantas? mencintai bayangmu yang saat cantik dan sempurna itu. apalah diri ini yang begitu jahat.
AKU YANG TAK PANTAS
Untuk apa mengerti diriku (?)
Aku hanya sebatang lilin yang ragu
Tak pantas gantikan peranan lampu
Bahkan angin menentangku tuk hidup
Karena nyala apiku tercipta redup
Aku hanya daun yang terpanggang
Tak pantas jadi tempatmu merindang
bahkan terik pun membakarku hancur
karena hidupku hanyalah sekilas gugur
Aku hanya meteor jatuh yang dibuang
Tak pantas sinari bulan gemilang
Langit dan laut pun menolakku tuk menetap
Karena ada ku hanya guna pelengkap
Aku hanya seekor lebah tanpa madu
Tak pantas hidup untuk sang kupu
Hinggap ku hanya merusak bunga
Lalu mati membusuk di tanah.
~22 08 23 Banyuwangi
Ya seperti ituah aku, yang begitu aneh ini rela mati-matian mencintai bayang sempurnamu itu. yang mencintaimu secara sederhana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar